...Selamet Dateng @ Jepretan & Coretan ala Goblog...

The Spot

Ada kalanya aku memilih diam, seksama mendengarkan bait demi bait puisi berbalut nada yang mengalun santai di telingaku melalui earphone dari sebuah MP3 Player, ketika aku menggowes sepeda menuju sebuah tempat yang paling aku tahu kesejukan tempatnya dan suasana yang mampu membuat perasaanku tenang, selain itu pastinya ada sajian kuliner yang enak disana.


Sepeda terus aku kayuh hingga ke perbatasan desa, hamparan sawah mulai terbentang dari kejauhan. Tepat sebelum gerbang desa, sebuah warung sederhana layaknya warung Es Dawet Ireng di pasar menyapa seakan memanggilku untuk mampir. Warung ini adalah tempat favoritku untuk menghabiskan sore dengan menyendiri. “Es Tape Ketan, ubi bakar dan kue cenil, bawa ke belakang yah buu…” Pemilik warung ini sudah kenal baik denganku, bahkan sejak aku kecil, ketika hampir setahun tiga kali aku selalu pulang mudik. Beliau adalah seorang tetangga yang tinggal tidak jauh dari rumah pamanku. Aku biasanya memesan makanan atau minuman, lalu minta dibawakan ke belakang. Karena di sini aku punya 'the spot' yang hanya aku saja yang diperbolehkan masuk ke sana.


Mungkin bagi sebagian orang, tak ada yang istimewa dari 'the spot' milikku ini. Beberapa petak sawah terhampar di hadapan mata. Saat itu baru saja waktunya selesai tanam padi, sehingga warna yang dominan di sawah adalah warna hijau yang begitu menyegarkan mata. Segera aku mencari sebuah jalan setapak yang tertutup rumput liar, dan ketika menemukannya aku segerakan langkah kakiku menapaki jalanan menurun menuju sebuah jalur terasering untuk pengairan sawah.


Aku tak perlu lagi MP3 player, atau kamera DSLR Canon 1100D milikku. Aku hanya cukup diam, menutup mata, dan mendengarkan gemercik air yang mengalir deras dari pengairan. Desahan daun yang bergesekan di antara tiupan angina dan kicauan burung yang sesekali terdengar di kejauhan dahan pohon. Sungguh sebuah stereo alam yang menggema di dalam pendengaranku, "mas Uta, ini sudah jadi pesanannya..." Suara sang pemilik warung menyadarkan lamunanku, dengan segera aku jawab panggilannya dan aku menghampirinya untuk mengambil pesananku.

Biasanya aku di sini sampai sore untuk melihat matahari tenggelam di ufuk barat. Melihat pemandangan itu membuatku bersyukur bahwa aku masih hidup dan masih bisa menikmati segala karunia Tuhan Yang Maha Kuasa. Ternyata, sekenyang apapun aku makan hari ini, sepertinya godaan untuk terus makan tak pernah berhenti. Ternyata kalau memang sudah aku niatkan untuk wisata kuliner, yah berarti benar-benar makan lagi dan makan lagi.

0 comments:

Post a Comment