...Selamet Dateng @ Jepretan & Coretan ala Goblog...

Akulturasi Kuliner Dua Budaya

Setelah dahaga terpadamkan oleh Es Dawet Ireng, aku mempersiapkan kameraku dan mulai menjelajahi tiap sudut pasar untuk mencari objek foto yang menarik. Aku mulai menjelajahi seisi pasar mulai dari lantai satu. Aktivitas yang terjadi disini sungguh beragam, masyarakat yang datang tidak hanya untuk membeli barang-barang yang dibutuhkannya dari para penjual, tetapi interaksi tatap muka dan komunikasi dua arah adalah yang menjadikan setiap pasar begitu hidup di sepanjang waktu. Dan benar saja, di setiap ruang dan sudut pasar, selalu terdapat beragam momen menarik untuk diabadikan, dengan berbagai cerita di dalamnya.


Penjelajahanku berlanjut ke lantai dua dan lantai tiga dari Pasar Baledono, Purworejo, Jawa Tengah. Begitu banyak momen menarik yang berhasil aku abadaikan melalui kamera DSLR Canon 1100D yang selalu jadi andalanku ketika traveling. Body dan bobot kamera yang ringan dan full-handling, membuatku leluasa dalam memotret dari berbagai angle dan sudut pandang. Mode pengaturan Canon 1100D juga sangat mudah untuk disesuaikan dengan keinginan fotografer. Hal ini juga sangat membantuku ketika aku menemukan satu momen dan butuh dengan cepat merubah setting kamera sesuai keinginanku dan kembali memotret, sehingga aku tidak akan ketinggalan momen. Kamera DSLR Canon 1100D juga mampu diaplikasikan dengan berbagai jenis lensa dari Canon. Itulah juga yang menjadi alasan aku selalu membawa dua atau tiga lensa yang berbeda dalam tas, agar mampu menghasilkan diversifikasi hasil fotografi yang berkualitas.

Entah sudah berapa lama aku memotret seisi pasar, mungkin dua jam sudah aku mondar-mandir. Capek juga ternyata, dan perutku juga sudah mulai 'keroncongan' minta diisi lagi. Sambil melangkah turun, aku masih mencari beberapa momen melalui view finder, dan tepat di sebelah kanan setelah aku turun ke lantai satu, lensa kameraku membidik sebuah kedai yang cukup penuh dengan antrian. Kepulan asap putih juga sesekali menyembul dari balik celah ventilasi udara kedai itu. Pemandangan itu meyakinkanku bahwa di sana ada makanan enak.

Sebuah papan triplek besar bertuliskan Sedia : Mie Lethek Pakde Kumis. Sejenak aku berhenti, dan memperhatikan tulisan itu, "mie lethek? makanan kayak apa ya?" belum sempat jawaban itu terfikir, semerbak aroma terlebih dahulu menyeruak dan dengan cepat merasuki rongga penciumanku. Sudah tak peduli lagi akan jawaban dari pertanyaan fikiranku sebelumnya, karena yang aku tahu, aku harus bisa mencicipi kuliner mie yang beraroma sangat sedap ini.

“Pak, Mie Lethek Goreng satu porsi…!” Seorang pria berteriak cukup keras disebelah kupingku, dan dia berhasil membuyarkan lamunanku ketika baru saja duduk dalam kedai. Meskipun berada di kawasan pasar tradisional, keberadaan kedai mie ini cukup nyaman dan kebersihannya juga terjaga. Empat buah kipas angin besar juga tergantung di langit-langit kedai untuk memberikan kesejukan udara.

Akhirnya aku juga memesan Mie Lethek Goreng sebagai santap siangku hari ini. Sambil menunggu pesananku datang, aku telusuri tentang Mie Lethek di www.google.co.id dan aku dapatkan informasi yang sangat menarik tentang sejarah mie ini di Indonesia. Mie Lethek adalah sebuah kuliner tradisional dari Bantul, Yogyakarta, Jawa Tengah, mie ini awalnya dibawa oleh para pedagang Tiongkok ketika zaman penjajahan Belanda. Seiring berjalannya waktu, para juru masak yang dahulu bekerja di pabrik pembuat mie lethek milik pedagang Tiongkok, mulai mengadaptasi dan memodifikasi kuliner mie Tiongkok ini sebagai makanan khas dari Bantul. Tapi, ada satu hal yang tidak pernah berubah dari ciri khas Mie Lethek, yaitu mie yang terkenal ini, warnanya putih keruh. Karena itu disebut Mie Lethek, yang dalam orang Jawa, "lethek" berarti kotor atau kusam. Tapi soal rasa, Mie Lethek punya cita rasa yang khas dibandingkan mie lain. Kenapa? Karena dalam pembuatannya, Mie Lethek masih menggunakan resep, tata cara, dan peralatan tradisional yang sama, dan secara turun temurun. Jadi keaslian dan kualitas rasanya tetap terjaga.

Sudah cukup sepertinya cerita tentang Mie Lethek, sepiring Mie Lethek Goreng sudah tersaji dihadapanku. Saatnya aku mencicipi aroma sedap yang sedaritadi aku bayangkan kenikmatannya. Selamat Makan...!

0 comments:

Post a Comment