...Selamet Dateng @ Jepretan & Coretan ala Goblog...
Janji untuk
sampai di rumah sebelum magrib, aku tepati. Pamanku juga sudah sampai di rumah
dan bersiap menuju Langgar atau Mushola untuk menunaikan salat magrib. Sebelum
beliau memanggilku, aku sudah langsung menghambur ke kamar mandi dan ikut
bersiap menyusulnya ke Langgar. Entah kenapa, aku selalu suka salat berjamaah
di Langgar, perasaan tenang dan begitu khusyuk rasanya berkomunikasi dengan
Allah SWT dalam salat dan zikir.
“mas, aku
nanti mau jalan ke alun-alun, mau ikut?” Ajakan sepupuku seusai salat ini tak
mungkin aku tolak, karena aku tahu di sekitar Alun-alun Purworejo pasti banyak
bertebaran makanan enak.
Ada kalanya aku
memilih diam, seksama mendengarkan bait demi bait puisi berbalut nada yang
mengalun santai di telingaku melalui earphone
dari sebuah MP3 Player, ketika aku menggowes
sepeda menuju sebuah tempat yang paling aku tahu kesejukan tempatnya dan
suasana yang mampu membuat perasaanku tenang, selain itu pastinya ada sajian
kuliner yang enak disana.
Selesai satu
porsi Mie Lethek, aku berjalan kembali ke gerbang pasar. Apabila aku pulang,
rasanya tanggung sekali pulang ketika siang begini, di mana waktu masih panjang
dan aku masih bisa eksplorasi kampung halamanku, Purworejo, Jawa Tengah.
Tiba-tiba di depan gerbang pasar, aku bertemu dengan pamanku yang sedang
bersepeda menuju pasar. Segera aku hampiri dan menegurnya. "sudah kemana
saja di pasar sendirian?" Pamanku bertanya dengan logat jawa yang kental.
Sedikit aku ceritakan kegiatanku hari ini, tiba-tiba dia menyuruhku,
"Sudah cobain Rawon Setan belum? Itu yang ada di sebelah stasiun..."
Aku hanya menggeleng dan bertanya arahnya.
Setelah dahaga
terpadamkan oleh Es Dawet Ireng, aku mempersiapkan kameraku dan mulai
menjelajahi tiap sudut pasar untuk mencari objek foto yang menarik. Aku mulai
menjelajahi seisi pasar mulai dari lantai satu. Aktivitas yang terjadi disini
sungguh beragam, masyarakat yang datang tidak hanya untuk membeli barang-barang
yang dibutuhkannya dari para penjual, tetapi interaksi tatap muka dan
komunikasi dua arah adalah yang menjadikan setiap pasar begitu hidup di sepanjang
waktu. Dan benar saja, di setiap ruang dan sudut pasar, selalu terdapat beragam
momen menarik untuk diabadikan, dengan berbagai cerita di dalamnya.
Matahari
belumlah sampai di puncak kepala, tetapi terik dan panasnya udara sudah
membuatku berkeringat sehabis berjalan menuju Pasar Baledono, Purworejo, Jawa
Tengah. Sekitar dua ratus meter dari pintu gerbang pasar, sebuah spanduk
berwarna hijau yang melambai ditiup angin mencuri perhatianku untuk membaca
tulisan yang tertera, "enak juga kayaknya, bolehlah mampir
sebentar..." Benakku ternyata sejalan dengan langkah kakiku untuk
menghampiri spanduk hijau bertuliskan Warung Es Dawet Ireng Khas Purworejo.